SPENSA Jaya Melaksanakan Kegiatan Peringatan Isra’ Mi’raj

dipublikasikan oleh | 18 April 2018

Sabtu (14/4/2018) ini adalah peringatan Isra Miraj 2018 bagi umat Islam. Saat memperingatinya, tak hanya perlu mengingat lagi tentang kejadian bersejarah ini yang terjadi di masa Nabi Muhammad, mendekatkan diri kepada Allah dan mempertebal keimanan. Demikian Bapak Sukron Zabidi, S.PdI menyambut pra acara kegiatan Peringatan Isra'Mi'raj di Masjid Agung Darusalam Cilacap.

Umat Islam mengenal Isra Miraj merupakan perjalanan semalam Nabi Muhammad SAW mendapat perintah dari Allah SWT untuk menjalankan salat lima waktu dalam sehari semalam.


Peristiwa Isra Mikraj ada di Surah Alisra ayat pertama.

Ayat ini berbunyi: Subhaanalladzi asra bi abdihi lailam minal masjidil haroomi ilal masjidil aqsolladzii baaroknaa haulahuu linuriyahuu min aayaatinaa, innahuu huwas samii’ul bashiir.

Artinya: Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.

Dalam Sabutannya Kepala SMP N 1 Cilacap menegaskan bahwa Satuan Pendidikan kami merupakan sekolah PPK. Dalam kegiatan ini melaksanakan kegiatan KD 1 yaitu aspek religius. Selain karakter Nasionalis karakter Religius juga benar-benar di garap dengan baik.

Acara di awali dengan membaca Tahlil oleh bapak Romelan, S.Pd. guru agama. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan sholawat dan asmaul husna yang di pimpin oleh Ibu Chomsiyatun, S.Pd dan Bapak Lukman, S.Pd. Acara berjalan dengan khidmad. sebagai puncak acara tausiah dari Bapak H. Drs. Jamud, M.Pd kepala departemen agama Kabupaten Cilacap.

Membahas detail tentang Isra' dan Mi'raj serta makna yang perlu diambil dari peristiwa tersebut. Salah satu poin yang admin garis bawahi :

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana pemaknaan Isra Mi’raj dalam konteks Indonesia? Ajaran Islam itu harus hidup dalam perilaku pengikutnya(masyarakat) dan mewarnai perilaku bangsa.

Namun, sangat disayangkan saat ini agama hanya dijadikan “ritual-formal’ yang menghiasi kalender seremonial negara, tapi kosong dari implementasi nilai-nilai dan maknanya dalam prakis sosial dan penyelenggaraan negara.

Kita sekarang memang sudah mengerjakan shalat, tapi gagal dalam “mendirikannya”. Redaksi Alquran adalah “dirikanlah” bukan “kerjakanlah”. Akibatnya, meski shalat, kita juga rajin maksiat.

Isra Mi’raj kita rayakan tetapi korupsi juga kita kerjakan. Singkatnya, kita terjebak, meminjam Julia Kristeva (1982) dalam moralitas mengambang (abjection), yaitu suatu kondisi hilangnya batas-batas antara kesucian dan najis, antara benar dan salah, antara baik dan buruk.

Mari kita benar-benar mendirikan Shalat yang sebenar-benarnya. Dan menjadikan karakter ini menjadi baian dari diri kita. Agar kita benar-benar terhindar dari kemaksiatan. Penuh keberkahan. @AdminWeb

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *